1.
Sejarah
Pendirian Seminari
Mgr. Joannes MSC sudah sejak awal memikirkan
pentingnya pembentukan klerus pribumi
untuk misi. Namun, pada waktu itu tidak mungkin memulai pendidikan imam di wilayah
sendiri. Beberapa pemuda yang cocok untuk diterima di seminari, diasramakan di Hollands Indische School (HIS) yang
didirikan oleh Pater Yakobus Grent MSC dan dilanjutkan oleh Pater Jacobus
Bernardus Hendricus Bush, MSC. Dari situ mereka dikirim ke Woloan di Minahasa untuk
menyelesaikan pendidikan menengah. Selanjutnya, pendidikan Seminari Tinggi ditempuh
di Jawa. Lewatkan jalur seperti ini
dalam tahun 1944-1945, lahirlah dua imam pertama asal Kei, yakni Eusebius Jamco,
Pr dan Engelbertus Dumatubun, MSC.
Namun pendidikan dan
pembinaan calon imam pribumi tidak mungkin terus-menerus menempuh cara
tersebut. Hal ini sangat disadari oleh Mgr. Yakobus Grent MSC dan Pater Bush
MSC.
Pada tahun 1941, Pater
Bush MSC mendapat cuti kembali ke Belanda. Pada kesempatan cuti ini, beliau
mempersiapkan diri untuk mendirikan sebuah seminari menengah.
Setelah masa cuti
berakhir, Pater Bush MSC kembali ke Indonesia. Namun, beliau terhalang oleh
pecahnya Perang Dunia II. Baru pada tahun 1945, beliau tiba di Indonesia dengan
pangkat Kapten Honoriar (almusnir= Pastor Tentara). Namun, sebelum tiba di
Indonesia, kabarnya beliau terlebih dahulu tertahan di Singapura, karena
situasi politik Indonesia yang tidak stabil. Segala usaha dilakukan sembari
menanti visanya ke Indonesia. Niat ini tidak boleh padam, sebab jika padam,
maka cita-cita untuk membangun sebuah seminari pun gagal.
Dalam situasi penuh
harapan ini Pater Bush MSC kemudian dinasehati oleh seorang biarawan (White
Brother) yang menetap di Singapura untuk mengadakan novena kepada St. Yudas Thadeus.
Ditambahkan pula, agar jika Pater Bush MSC mendirikan sebuah lembaga pendidikan
atau organisasi, maka harus dinamai St. Yudas Thadeus. Itulah sebabnya mengapa
Seminari Langgur dinamakan Seminari St. Yudas Thadeus.
Novena Pastor Bush MSC
mulai melaksana tugasnya, yakni mencari dan mengumpulkan para seminaris
pertama. Mereka ditampung dalam sebuah asrama yang sederhana, sambil mendirikan
pendidikan dan pengajaran. Pada siswa ini melanjutkan studi mereka di Flores pada
tahun 1947-1948. Di antaranya, dua orang yang kemudian menjadi imam adalah P.B.
Resubun, MSC (Alm) dan P.A. Welerubun, MSC
Tanggal 1 Agustus 1949,
bangunan sekolah, asrama dan kapel seminari selesai dibangun dan siap dipakai.
Salah satu di antara para seminaris pertama tersebut adalah Mgr. Yos Tethool
MSC. Diberi nama Seminari St. Yudas Thadeus, untuk memenuhi janji yang telah
Pater Bush, MSC nyatakan dalam sejak memakai bangunan baru ini Seminari Langgur
secara resmi novenanya di Singapura.
2.
Arti
Lambang dan Semboyan
Lambang
Seminari St. Yudas Thadeus dengan jelas memperlihatkan sebuah perisai yang di
dalamnya tergambar sebuah perahu di atas air yang menuju ke arah matahari.
Gambar ini menyimbolkan perahu tersebut sebagai Seminari St. Yudas Thadeus. Hal
ini diperjelaskan dengan huruf S (Seminari), J dalam bentuk salib
(Judas) dan T (Thadeus). Perahu ini sedang menuju ke tempat yang dalam dan
arah Kristus matahari sejati.
Semboyan yang diusung
oleh Seminari St. Yudas Thadeus adalah Duc
In Altum, yang diambil dari Luk 5:4. Lewat semboyan ini diharapkan agar Seminari
dapat mengembangkan potensi yang perlu, ketangkasan dan kepercayaan besar pada
bimbingan Tuhan, sehingga seminarisnya nanti dapat melayani permintaan Tuhan: “Bertolaklah
ke tempat yang dalam dan labuhkanlah pukatmu”.
Lambang seminari ini dibuat
oleh bapak Quintus Lamere (Alm),
seorang mantan seminaris dan kemudian menjadi pendidik dan Pembina di Seminari
St. Yudas Thadeus Langgur sampai akhir hayatnya.
3.
St.
Yudas Thadeus : Pelindung Seminari
Lewat
pengalaman rohani Pater Bush MSC, Seminari Langgur dinamakan Seminari St.Yudas
Thadeus. Kata Yudas, Yuda atau Yudah berasal dari kata Ibrani Yehudha, yang berarti Dipuji oleh Tuhan atau saya memuji Tuhan. Yudas
Thadeus yang kadang-kadang disebut Lebeus,
adalah seorang pemberani yang bersifat terbuka. Ini nampak dari kata Thad, yang disandangnya, yang berarti “dada” atau “pemberani”.
Ia
adalah salah seorang dari kedua belas rasul, tetapi bukan Yudas si Penghianat.
Menurut silsilah, ia masih mempunyai hubungan darah dengan Yesus. Ayah-ibunya
adalah Kleofas dan Maria. St Maria, ibu Yesus adalah tantenya. Dengan demikian
ia adalah keponakan Yesus.
Sebagai
seorang petani, Yudas sangat mencintai tanahnya dan enggan untuk
meninggalkannya. Namun, wafat dan kebangkitan Yesus dan turunnya Roh Kudus
mengubah lembaran hidupnya. Ia segera
bangkit mengikuti panggilan Yesus dan menjadi seorang penyebar kabar gembira
yang tangguh. Para tukang sihir dan orang-orang kafir dicelanya dan para
penyembah berhala dibasminya. Pejuang yang gigih kemudian wafat sebagai martir
di Persia, setelah dipukuli dan dilempari batu.
Kabarnya,
makam St. Yudas Thadeus masih tersimpan di Gereja Agung St. Petrus. Oleh Paus
Paulus III, dikenakan indulgensi genap bagi mereka yang berziarah ke makamnya
setiap tanggal 28 Oktober. Oleh Allah, St. Yudas Thadeus dianugerahi suatu
keistimewaan dalam hal membantu orang-orang yang putus asa, penolong orang yang
menanggung beban berat dan yang resah hatinya.